ADS

Advertising:

Zongzi: Hidangan Tradisional Penuh Makna dari Tiongkok

Zongzi adalah makanan tradisional Tiongkok yang identik dengan perayaan Duanwu Jie atau Festival Perahu Naga. Hidangan ini berbentuk segitiga atau piramida, dibungkus dengan daun bambu, lalu diisi ketan dengan berbagai macam isian. Zongzi bukan hanya makanan, tetapi juga simbol budaya dan tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Asal Usul Zongzi

Sejarah Zongzi berkaitan erat dengan kisah Qu Yuan, seorang penyair dan pejabat yang setia kepada negaranya di era Dinasti Chu. Setelah diasingkan karena intrik politik, Qu Yuan akhirnya bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Miluo. Rakyat yang mencintainya melemparkan ketan ke sungai agar ikan tidak memakan jasadnya. Dari situlah tradisi membuat dan memakan Zongzi lahir, sekaligus menjadi simbol penghormatan kepada kesetiaan dan pengorbanan.

Zongzi biasanya berbentuk segitiga atau limas, tetapi di beberapa daerah Tiongkok ada juga yang berbentuk silinder. Bungkusnya menggunakan daun bambu atau daun teratai, yang memberikan aroma khas setelah dikukus atau direbus. Isian Zongzi sangat bervariasi tergantung daerah dan tradisi keluarga.

Ada Zongzi manis dengan isi pasta kacang merah, kurma, atau chestnut yang populer di wilayah utara. Sementara di selatan, lebih umum ditemui Zongzi asin berisi daging babi, jamur shiitake, telur asin, atau kacang-kacangan. Perbedaan ini menjadikan Zongzi sebagai hidangan dengan cita rasa yang beragam, sekaligus mencerminkan kekayaan kuliner Tiongkok.

Lebih dari sekadar makanan, Zongzi sarat dengan makna simbolis. Bentuk piramidanya dianggap mewakili kestabilan dan keberuntungan. Daun pembungkus melambangkan perlindungan, sementara ketan lengket di dalamnya menyimbolkan ikatan kekeluargaan yang erat. Tidak heran jika Zongzi sering dibuat bersama-sama oleh anggota keluarga, terutama menjelang Festival Perahu Naga, untuk mempererat hubungan dan melestarikan tradisi.

Zongzi di Era Modern

Di zaman sekarang, Zongzi tidak hanya hadir saat Festival Perahu Naga. Banyak toko roti, pasar tradisional, hingga restoran modern yang menyajikan Zongzi sepanjang tahun dengan berbagai inovasi. Ada versi vegetarian dengan isi sayuran, versi modern dengan tambahan keju atau daging sapi, bahkan Zongzi mini yang praktis untuk dijadikan camilan.

Teknologi juga membuat proses pembuatan Zongzi lebih mudah. Jika dulu pembungkus daun harus direndam dan dibentuk dengan penuh keterampilan, kini banyak tersedia Zongzi siap masak yang tinggal dikukus di rumah. Meski begitu, banyak orang tetap menikmati proses membuat Zongzi secara tradisional karena dianggap bagian penting dari budaya keluarga.

Popularitas Internasional

Tidak hanya di Tiongkok, Zongzi juga populer di berbagai negara Asia Timur dan Asia Tenggara, terutama di komunitas Tionghoa perantauan. Di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, Zongzi dikenal dengan sebutan Bakcang atau Chang. Rasanya pun sedikit beradaptasi dengan bahan lokal, seperti penambahan kacang tanah atau bumbu khas Nusantara.

Zongzi adalah makanan yang menyatukan cita rasa, sejarah, dan simbol budaya. Dari kisah pengorbanan Qu Yuan hingga kebersamaan keluarga saat membuatnya, setiap gigitan Zongzi membawa cerita panjang tentang tradisi dan identitas. Dengan ragam isi dan bentuk, Zongzi tetap bertahan sebagai salah satu kuliner paling ikonik yang terus dicintai lintas generasi.

Posting Komentar

0 Komentar