ADS

Advertising:

Lapa-lapa, Makanan Khas Sulawesi Tenggara yang Sarat Tradisi dan Rasa

Sulawesi Tenggara dikenal memiliki beragam kuliner tradisional yang unik dan kaya rasa. Salah satunya adalah lapa-lapa, makanan berbahan dasar beras ketan yang dimasak menggunakan santan, lalu dibungkus dengan daun kelapa muda atau daun pisang. Hidangan ini bukan sekadar makanan pengganjal perut, tetapi juga bagian dari tradisi dan identitas masyarakat setempat.

Lapa-Lapa

Sejarah dan Makna Budaya

Lapa-lapa sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara sejak lama, khususnya di kalangan suku Bugis, Buton, dan Muna. Makanan ini sering disajikan pada acara-acara penting seperti lebaran, pernikahan, atau hajatan adat. Bentuknya yang memanjang dan dibungkus rapi melambangkan kebersamaan, karena biasanya dibuat dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada keluarga dan tetangga.

Proses pembuatannya pun sering menjadi momen kebersamaan. Keluarga dan tetangga berkumpul untuk menyiapkan bahan, membungkus ketan, hingga memasaknya bersama-sama. Tradisi ini menjadi simbol gotong royong yang masih terjaga hingga kini.

Bahan utama lapa-lapa adalah beras ketan putih yang telah direndam selama beberapa jam. Beras ketan kemudian dimasak setengah matang dengan santan yang telah diberi garam secukupnya, sehingga menghasilkan rasa gurih yang khas.

Setelah itu, adonan ketan dimasukkan ke dalam bungkus daun kelapa muda atau daun pisang yang dibentuk memanjang. Bungkus ini diikat rapat agar ketan tidak keluar saat direbus. Proses perebusan biasanya memakan waktu cukup lama, sekitar 3–4 jam, hingga ketan benar-benar matang dan menyerap cita rasa santan.

Lapa-Lapa Sulawesi Tenggara

Ciri Khas Rasa dan Penyajian

Lapa-lapa memiliki tekstur lembut namun padat, dengan aroma wangi dari daun pembungkusnya. Rasa gurihnya sangat pas, sehingga cocok dipadukan dengan berbagai lauk. Di Sulawesi Tenggara, lapa-lapa biasanya disajikan bersama ikan asin, opor ayam, atau makanan berkuah santan seperti kari.

Keistimewaan lain dari lapa-lapa adalah daya tahannya. Karena dimasak dengan santan dan dibungkus rapat, makanan ini dapat bertahan hingga beberapa hari tanpa pengawet. Hal ini membuatnya cocok dibawa sebagai bekal perjalanan jauh.

Lapa-lapa di Era Modern

Meskipun zaman sudah modern, lapa-lapa tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Sulawesi Tenggara. Bahkan, beberapa pelaku usaha kuliner telah mengemas lapa-lapa secara praktis untuk dijual di luar daerah. Ada juga inovasi rasa, seperti lapa-lapa dengan tambahan abon ikan, daging ayam, atau kacang hijau sebagai isiannya.

Namun, bagi sebagian orang, lapa-lapa tradisional dengan resep turun-temurun tetap menjadi yang terbaik. Aroma daun kelapa muda, rasa gurih santan, dan proses pembuatan yang melibatkan kebersamaan menjadikannya lebih dari sekadar makanan — ini adalah warisan budaya yang terus dijaga.

Lapa-lapa adalah bukti bahwa makanan tradisional tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, kebersamaan, dan identitas budaya. Bagi siapa saja yang berkunjung ke Sulawesi Tenggara, mencicipi lapa-lapa adalah pengalaman kuliner yang wajib dilakukan. Rasanya yang gurih, teksturnya yang lembut, dan kisah di balik pembuatannya akan membuat setiap suap menjadi istimewa.

Posting Komentar

0 Komentar